Senin, 02 Februari 2015

MADU ITU OBAT TERBAIK


  • Madu adalah obat tingkatan tertinggi, berdasarkan firman Allah :Di dalamnya (madu) terkandung obat bagi manusia.” (QS: An-Nahl (16): 69). Nabi Muhammad juga menyebut madu sebagai obat untuk segala penyakit.


Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra, dia berkata,”Seorang lelaki datang kepada Nabi Muhammad SAW lantas dia berkata,”Sesungguhnya saudara laki-lakiku mengeluhkan sakit diare”.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Minumilah dia dengan madu”.

Kemudian lelaki itu datang lagi kepada beliau sembari mengatakan, ‘Saya sungguh sudah memberinya minum dengan madu tetapi tetap saja diare’.

Rasulullah SAW bersabda kepada dia seperti itu sampai tiga kali. Kemudian dia datang untuk kali keempat, maka beliau bersabda, “Minumilah dia dengan madu.”

Orang itu berkata, “Sesungguhnya saya sudah memberinya minum madu, tetapi itu hanya menambahinya sakitnya”.

Rasulullah SAW bersabda, “Allah Mahabenar dan perut saudaramu itulah yang berdusta”.

Dalam riwayat  yang lain, “Sesungguhnya saudaraku tidak sehat perutnya,” maksudnya terjadi kerusakan pada sistem pencernaan dan mengalami sakit perut.

Nabi Muhammad SAW memberitahu obatnya madu, karena sakit perutnya itu disebabkan oleh disfungsi alat pencernaan. Oleh karena itu beliau menyuruhnya meminum madu, untuk menghilangkan sisa makanan yang menumpuk di sekeliling perut dan usus, karena madu bisa menggolontorkan dan menghilangkan sisa makanan.



Pada perut besar (lambung) itu seringkali terdapat zat-zat sisa yang melekat padanya, sehingga menghalangi keberadaan makan di situ karena banyaknya zat yang melekat tersebut. 

Unsur-unsur yang melekat itu adalah sisa makanan yang bentuknya seperti beludru sutra yang ditempeli oleh campuran-campuran residu.

Hal itu merupakan makanan yang paling merusak. Obatnya dan yang dapat melenyapkannya adalah madu. Madu adalah obat terbaik untuk mengatasi keadaan seperti ini, terutama bila dicampur dengan air hangat.

Untuk mengulangi minum madu ada aturan medisnya, yakni dengan menggunakan prinsip: obat itu harus sesuai dengan penyakit yang diobati, baik volume maupun kuantitasnya. 

Jika kadar dan kuantitas obatnya kurang dari kadar dan kuantitas penyakitnya maka dia tidak akan dapat menghilangkannya secara total. 

Demikian pula halnya bila obatnya terlalu banyak, makan akan menimbulkan bahaya yang lainnya.

Tatkala Nabi Muhammad SAW memerintah seorang sahabat beliau agar memberi minum temannya dengan madu, lalu dia tidak memberinya dengan kadar yang memadai untuk menyembuhkan penyakit, maka dia harus bolak-balik menemui Nabi Muhammad SAW, sampai akhirnya Nabi Muhammad SAW menyuruhnya mengulangi lagi sampai pada kadar yang memadai untuk melawan penyakit, maka penderita sakit itu sembuh, dengan izin Allah Ta’ala. Pemakaian obat dengan dosis yang tepat dan cara yang benar sesuai kadar dan kekuatan penyakit maupun penderita merupakan kaidah medis terpenting.

Pada sabda Nabi Muhammad SAW, “Allah Mahabenar dan perut saudaramu itu bohong”. Terkandung isyarat bahwa manfaat obat ini pasti dapat direalisasikan. 

Adapun masih bercokolnya penyakit pada tubuh penderita itu bukan karena kelemahan obat, tetapi karena kebohongan perut penderita dan banyaknya elemen yang rusak di dalamnya. 

Oleh karenanya Rasulullah menyuruhnya untuk mengulangi minum madu, tujuannya untuk menyempurnakan proporsinya dan mengalahkan penyakit yang bercokol.

Pengobatan Nabi itu tidak seperti terapi medis para dokter, karena pengobatan nabi merupakan ketetapan ilahi yang bersumber dari wahyu, pelita kenabian, dan kesempurnaan akal. Yang mendapatkan manfaat dari pengobatan Nabi hanyalah orang yang menerimanya dengan penerimaan total dan keyakinan kuat terhadap keberhasilan pengobatan itu.




Penerimaan tidak akan sempurna kecuali dengan iman dan kepatuhan dengan berserah diri kepada Allah.

Pengobatan nabi hanya sesuai bagi tubuh yang baik. Terapi Al-Quran akan tepat bagi ruh dan hati yang hidup.

Dengan kata lain, manfaat akan terwujud  ketika ada kebenaran akidah, kekuatan keyakinan, dan keikhlasan dalam iman kepada Allah  yang menurunkan  AlQuran AlKarim. 

Benarlah Rasul SAW yang dikaruniai dengan jawami’ul bayan (kemampuan memberi penjelasan yang singkat tetapi padat dan komprehensif).

  • Pada kitab Zad Al-Ma’ad, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan hadis tersebut dengan berkomentar,”Madu adalah makanan bergizi sebagaimana makanan bergizi lainnya, obat diantara obat-obatan yang lainnya, minuman di antara berbagai minuman yang ada, yang manis diantara makanan manis lainnya, cairan yang melegakan, sebagaimana cairan yang lainnya, tetapi tiada sesuatu pun yang diciptakan untuk kita yag sepadan dan melampaui dari kandungan berkhasiat yang terdapat pada madu, bahkan tiada pula yang setara atau mendekatinya, dan tiada yang lebih dipercayai oleh orang-orang terdahulu daripada minuman itu.



Nabi Muhammad SAW meminumnya dengan dicampur air sebelum makan apapun dan beliau menghasung umat Islam untuk melakukannya juga.

  • Dari Abu Hurairah ra secara marfu’ (Rasulullah SAW bersabda), “Barangsiapa yang minum madu dalam tiga pagi (tiga kali) pada setiap bulan, maka dia tidak akan ditimpa bala’ (penyakit yang besar)” (HR Ibnu Majah) Pada hadis yang lain: “Kalian harus melazimi dua obat: madu dan AlQuran” (HR Ibnu Majah).


Dengan demikian, terhimpunlah antara terapi manusiawi dan terapi ilahi, antara terapi badani dengan terapi ruhani, antara pengobatan yang bersumber dari bumi dengan pengobatan langit.

Madu itu sudah mencukupi bagi penderita sakit, sehingga dia tak perlu ke dokter, kamar operasi, maupun apotik. Begitulah, ketika orang yang sakit meyakini  bahwa di dalam madu itu terkandung kesembuhannya, maka Allah dengan keyakinan si penderita itu pasti akan menyembuhkan dan menyehatkanya dari segala penyakit.


Sya’ban Ahmad Salim. Ensiklopedi Pengobatan Islam. Sukoharjo: Pustaka Arofah




Tidak ada komentar:

Posting Komentar